Rabu, 21 Oktober 2009

MENANGIS

MENANGIS

Sehabis sesiangan bekerja di sawah-sawah serta disegala macam

yang diperlukan oleh desa rintisan yang mereka dirikan jauh di

pedalaman, Abah Latif mengajak para santri untuk sesering

mungkin bersholat malam.



Senantiasa lama waktu yang diperlukan, karena setiap kali

memasuki kalimat " iyyaka na'budu " Abah Latif biasanya lantas

terhenti ucapannya, menangis tersedu-sedu bagai tak

berpenghabisan.



Sesudah melalui perjuangan batin yang amat berat untuk melampaui

kata itu, Abah Latif akan berlama-lama lagi macet lidahnya

mengucapkan " wa iyyaka nasta'in" .



Banyak di antara jamaah yang turut menangis, bahkan terkadang

ada satu dua yang lantas ambruk ke lantai atau meraung-raung.



"Hidup manusia harus berpijak, sebagaimana setiap pohon harus

berakar," berkata Abah Latif seusai wirid bersama, " Mengucapkan

kata-kata itu dalam Al-fatihah pun harus ada akar d an

pijakannya yang nyata dalam kehidupan. 'Harus' di situ titik

beratnya bukan sebagai aturan, melainkan memang demikianlah

hakikat alam, di mana manusia tak bisa berada dan berlaku

selain di dalam hakikat itu."



"Astaghfirulloh, asraghfirulloh..," gemeremang mulut para santri.



" Jadi, anak-anakku," beliau melanjutkan, " apa akar dan pijakan

kita dalam mengucapkan kepada Alloh ..iyyaka na'budu?"



"Bukankah tak ada salahnya mengucapkan sesuatu yang toh baik dan

merupakan bimbingan Alloh itu sendiri, Abah?" bertanya seorang

santri.



"Kita tidak boleh mengucapkan kata, Nak, kita hanya boleh

mengucapkan kehidupan."



"Belum jelas benar bagiku, Abah?"



" Kita dilarang mengucapkan kekosongan, kita hanya diperkenankan

mengucapkan kenyataan."



"Astaghfirulloh, asraghfirulloh..," geremang mulut para santri.



Dan Abah Latif meneruskan, " Sekarang ini kita mungkin sudah

pantas mengucapkan iyyaka na'budu.KepadaMu aku menyembah.Tetapi

kaum Muslimin masih belum memiliki suatu kondisi keumatan untuk

layak berkata kepadaMu kami menyembah, na'budu."



"Al-Fatihah haruslah mencerminkan proses dan tahapan pencapaian

sejarah kita sebagai diri pribadi serta kita sebagai ummatan

wahidah.Ketika sampai di kalimat na'budu, tingkat yang harus kita

telah capai lebih dari abdullah, yakni khalifatulloh.Suatu maqom

yang dipersyarati oleh kebersamaan kamu muslim dalam menyembah

Alloh di mana penyembahan itu diterjemahkan ke dalam setiap

bidang kehidupan.Mengucapkan iyyaka na

Delapan Butir Mutiara Hidup

Delapan Butir Mutiara Hidup

Arkian, sufi Asy-Syibli dalam hidupnya telah melayani 400 guru. "Aku sudah membaca empat ribu hadis. Di antara hadis-hadis itu, kupilih satu untuk aku amalkan, sedang hadis-hadis yang lain aku acuhkan. Sebab, setelah aku renung-renungkan, kusimpulkan bahwa keselamatan diriku ada pada hadis tersebut. Kukira, ilmu orang-orang dulu dan orang-orang sekarang teringkas di dalamnya. Karena itu aku cukupkan diriku dengannya. Hadis dimaksud ialah sabda Rasulullah s.a.w. kepada sahabat-sahabat beliau, "Beramallah untuk duniamu sesuai dengan maqam (posisi)-mu di dunia. Beramallah untuk akhiratmu menurut kadar kelanggenganmu di dalamnya. Beramallah untuk Allah sesuai dengan kadar kebutuhan-Mu pada-Nya. Dan baramallah untuk neraka sesuai dengan kadar kesanggupanmu menanggungnya."
Anakku, jika kamu mengamalkan hadis ini, kamu tidak memerlukan ilmu yang banyak. (Maksud hadis tadi: Kalau kamu termasuk dalam maqam orang yang harus membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan pokok, kamu harus bekerja sungguh-sungguh karena mencukupi kebutuhan diri dan keluarga itu wajib. Kalau kamu tergolong maqam guru, kamu harus banyak mengajar. Kemudian sadarilah bahwa kamu akan kekal di akhirat. Tak ada akhir, tak ada kematian di akhrat. Karena itu, beramallah
untuknya dengan sungguh-sungguh.
Lalu kamu tahu kan, kamu sangat membutuhkan Allah karena
hanya Allahlah yang bisa memberi manfaat ataupun madharat
pada siapapun. Makanya, kamu harus beramal dengan
sungguh-sungguh guna meraih ridha-Nya.
Kamu pun tahu, kamu tidak sanggup menanggung siksa api
neraka. Karena itu, jangan coba-coba melakukan hal-hal
yang dapat menjerumuskanmu padanya, pen.)

Kekasih Sejati

Cobalah renungkan cerita berikut ini. Konon, Hatim
Al-Asham berguru pada Syaqiq Al-Balkhi. Kata Syaqiq, "Kamu
telah berguru padaku selama tiga puluh tahun. Apa yang
engkau peroleh dari situ?"
"Aku mendapat delapan faedah, dan itu cukup bagiku karena
aku berharap bakal meraih keselamatan darinya."
"Apa saja itu?" tanya Syaqiq.
Hatim lalu merinci kedelapan faedah tersebut. "Pertama,"
ujarnya, "aku coba perhatikan orang-orang. Kulihat mereka
saling berkasih-kasihan, saling mencinta satu sama lain.
Ada yang mencinta sampai kekasihnya menderita sakit parah
yang mengantarnya ke kematian. Ada yang mencinta sampai
kekasihnya terbujur di liang lahat. Setelah itu, sang
kekasih ditinggal sendirian di dalam kubur, tak seorang
pun ikut serta (masuk ke dalamnya). Dari situ saya
berpikir, 'Ah, dia ini bukan kekasih sejati karena dia
tidak ikut menemani dia di dalam kubur. Kekasih sejati
mustinya terus menghiburnya sampai kapan pun.' Ternyata,
tidak ada yang menemani kita sampai ke liang kubur kecuali
amal saleh kita. Inilah, pikirku, kekasih sejati. Makanya,
amal saleh kujadikan kekasihku, supaya dia menjadi pelita
yang menerangiku di dalam kubur, menghiburku dan tidak
meninggalkanku sendirian di sana.

Budak Nafsu

Faedah kedua, saya lihat orang-orang menuruti hawa nafsu
mereka. Mereka buru-buru mengejar keinginan-keinginan
mereka. Lalu saya merenungkan firman Allah, 'Dan adapun
orang yang takut pada maqam Tuhannya dan mencegah nafsu
menuruti hawa (perintah jelek)-nya, maka sorga adalah
tempat kembalinya.' (An-Nazi'at: 40-41) Saya yakin bahwa
Al-Quran itu benar, karena itu aku lekas-lekas melawan
hawa nafsu saya, dan saya mengerahkan segala daya untuk
memeranginya (mujahadah). Aku terus melakukan hal itu
sampai nafsu tergiring untuk menyenangi taat kepada Allah
dan tunduk pada-Nya.

Remah-remah Dunia

Faedah ketiga, saya amati semua orang berlomba untuk
mengumpulkan remah-remah dunia kemudian (setelah berhasil)
menggenggamnya erat-erat. Saya coba merenungkan firman
Allah , 'Apa yang ada di sisimu akan rusak, dan apa yang
di sisi Allah itu kekal.' Saya pun segera menyalurkan
harta dunia yang ada pada saya untuk mendapat ridha Allah.
Saya agikan harta saya itu kepada kaum fakir miskin,
sehingga jadilah dia tabunganku di sisi Allah.

Apa Kemuliaan?

Keempat, saya perhatikan, ada sebagian orang yang mengira
bahwa kemuliaan itu ada pada banyaknya pengikut dan anak
buah, sehingga dia tertipu dengannya. (Dia pun jadi
congkak karena memiliki banyak pengikut. Dia menganggap
dirinya sebagai pemimpin sejati karena pengaruhnya
benar-benar mengakar, karena dia dikelilingi orang-orang
yang butuh padanya, pen.). Ada yang menyangka bahwa
kemuliaan itu ada pada melimpahnya harta benda dan
banyaknya anak, lalu mereka membanggakan hal-hal itu.
Sebagian lagi menganggap kemuliaan terdapat pada
kemampuannya untuk meng-ghashab (merampas) harta orang
lain dan berbuat zhalim pada mereka serta menumpahkan
darah mereka. Ada pula yang menyangka bahwa yang namanya
kemuliaan itu ialah berbuat boros dan menghambur-hamburkan
harta. Saya pun mencoba merenungkan firman Allah, 'Sungguh
orang yang paling mulia di antara kalian adalah yang
paling bertakwa.' (Al-Hujurat: 13) Saya lalu memutuskan
untuk memilih takwa saja karena saya berkeyakinan bahwa
Al-Quran itu benar, sedang dugaan mereka itu salah dan
sesat.

Hasud

Kelima, saya melihat orang-orang saling mencela satu sama
lain. Mereka saling menggunjing satu sama lain. Dan semua
itu saya dapati merupakan rasa hasud dalam hal harta,
pangkat dan ilmu. Lantas saya berpikir tentang firman
Allah SWT, "Kami membagi-bagi rezeki mereka di antara
mereka ereka dalam kehidupan dunia." (Az-Zukhruf: 32) Dari
sana, tahulah saya bahwa pembagian itu dari Allah. Sejak
itu, saya tidak mau lagi memendam rasa hasud pada
siapapun, dan saya pun ridha dengan pembagian Allah
Ta'ala.

Musuh Sejati

Faedah keenam, saya lihat orang-orang saling bermusuhan
satu sama lain karena satu dan lain sebab, karena satu dan
lain kepentingan. Maka saya merenungkan firman Allah,
'Sungguh syetan itu bagi kalian adalah musuh, maka
jadikanlah dia musuh.' (Fathir: 6) Dari situ saya tahu
bahwa kita tidak boleh memusuhi siapapun selain syetan.
Faedah ketujuh, saya amati setiap orang berusaha
sungguh-sungguh dan membanting tulang untuk mendapatkan
makanan pokok dan mengais rezeki sampai terkadang mereka
melanggar barang syubhat dan barang haram. Mereka bahkan
tak segan menghinakan diri mereka dan merendahkan martabat
mereka. Lalu saya merenungkan firman Allah, "Dan tidak
satu pun dari yang melata di bumi kecuali atas
(tanggungan) Allah rezekinya." Dari sini saya tahu bahwa
rezeki saya sudah ditanggung oleh Allah. Sejak itu, saya
menyibukkan diri saya dengan beribadah pada-Nya, dan saya
matikan ketamakan (pengharapan) saya pada selain-Nya.

Tawakal

Faedah kedelapan, saya lihat tiap-tiap orang bergantung
pada makhluk. Sebagian bergantung pada dinar dan dirham
(uang tunai), sebagian pada barang berharga dan kekuasaan,
sebagian pada keahlian dan keterampilan, sebagian lagi
bergantung pada sesamanya. Lalu saya merenungkan
firman-Nya, 'Dan barangsiapa bertawakal pada Allah, maka
Dia akan mencukupinya. Sungguh Allah melaksanakan
urusan-Nya. Sungguh Dia telah menjadikan ketentuan bagi
tiap-tiap sesuatu.' (Ath-Thalaq: 3) Sejak itu saya
putuskan untuk bertawakal kepada Allah, karena Dialah yang
mencukupi saya, dan Dialah sebaik-baik wakil (tempat
bergantung)."

Empat Kitab Suci

Setelah mendengar uraian Hatim, Syaqiq berkata,
"Mudah-mudahan Allah memberi pertolongan padamu. Aku telah
membaca Taurat, Injil, Zabur dan Al-Quran. Kulihat, ajaran
keempat suci ini berkisar pada delapan butir faedah ini.
Dengan demikian, barangsiapa telah mengamalkannya, dia
telah melaksankaan ajaran empat kitab suci sekaligus."

Hamid Ahmad

fwd by Redaksi from Duta Masyarakat, Jumat, 14 Januari 2005

Senin, 19 Oktober 2009

Korelasi Antara Pelaksanaan Bimbingan Belajar oleh Guru dengan Hasil Belajar Siswa di SDN 1 Tontayuo Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Semua jenjang pendidikan, khususnya pendidikan sekolah dasar, di perhadapkan dengan berbagai masalah, antara lain masalah pemerataan pendidikan dengan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, efisiensi pendidikan dan mutu pendidikan.
Dalam konsepsi pendidikan dan pembelajaran, guru memiliki peran yang strategis karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi manusia yang cerdas, terampil, dan bermoral tinggi. Dengan demikian guru merupakan pembimbing, pengarah dan pendorong siswa untuk melakukan aktifitasnya.
Tercapainya tujuan pembelajaran dapat dilihat dari tinggi hasil belajar siswa dalam setiap pembelajaran. Sudjana (1991:22), mengemukakan bahwa pengertian “hasil belajar itu sendiri, adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya,”. Dengan demikian bahwa hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran di sekolah.
Dalam upaya mencapai hasil belajar yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran antara lain yakni peningkatan kreativitas guru dalam memberi bimbingan belajar. Hasil belajar merupakan salah tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Tuntas dan tidaknya suatu proses kegiatan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Sehubungan dengan hal itu, maka keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar dalam pembelajaran dianggap sangat penting dalam dunia pendidikan dalam rangka menciptakan sumber daya menusia yang baik.
Untuk mencapai hal tersebut, tentu yang sangat dibutuhkan adalah profesionalisme dari seorang pendidik (guru) dalam membimbing siswa dalam belajar kearah yang lebih baik (Suryosubroto, 2003 : 12).
Salah satu cara yang dianggap mampu untuk digunakan dalam memberikan bimbingan kepada siswa dalam belajar dengan hasil belajar yang lebih baik adalah layanan bimbingan belajar. Layanan bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting diselenggarakan di sekolah. Layanan bimbingan belajar ialah proses bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam belajar, agar setelah melakasanakan kegiatan belajar mengajar mereka dapat mencapai hasil yang lebih baik sesuai kemampuan, bakat, dan minat yang dimilikinya masing-masing. Salah satu contoh bimbingan belajar yang dapat diberikan kepada siswa SD adalah membimbing siswa dalam upaya meningkatkan motivasi belajar, pelaksanaan remedial yang diberikan kepada siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran.
Namun kenyataan yang terjadi di SDN I Tontayuo Kecamatan Batudaa Pantai, dimana siswa memperoleh hasil belajar rendah masih sangat tinggi. Dimana dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilaksanakan pada bulan desember 2008 bahwa dari 40% siswa tidak mengalami ketuntasan dalam belajar. Dari sejumlah siswa yang memperoleh hasil belajar rendah atau hasil belajar siswa rata mendapat nilai 5 serta kebanyakan dari siswa tidak mendapatkan bimbingan belajar terlebih dahulu dalam mengerjakan tugas yang dikerjakan di rumah (PR), hal ini dapat dilihat dari cara guru mengajar bahwa guru hanya memberi hukuman kepada siswa yang mendapat hasil belajar rendah dan bukan memberi bimbingan tentang materi yang dianggap siswa sulit seperti memukul telapak tangan siswa atau menyuruh siswa berdiri di atas kursi. Hal demikian bukan membantu siswa meringankan permasalahan belajar, namun secara langsung akan membuat siswa lebih tertekan dalam segi psikologis karena permasalahan yang dihadapi semakin menumpuk tanpa mendapat arah pemecahan masalah.
Kurangnya pelaksanaan bimbingan belajar oleh guru khususnya di SDN I Tontayuo Kecamatan Batudaa dikarenakan minimnya perhatian guru terhadap mutu pendidikan yang ada di Sekolah serta lemahnya pengawasan dari pidak pimpinan sekolah akan pentingnya peningkatan mutu pendidikan di dalam lingkungan sekolah tersebut. Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Korelasi Antara Pelaksanaan Bimbingan Belajar oleh Guru dengan Hasil Belajar Siswa di SDN 1 Tontayuo Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permaslahan di atas, maka dapat di identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu :
1.2.1 Rendahnya hasil belajar siswa.
1.2.2 Pelaksanaan bimbingan belajar di sekolah masih sangat kurang dari yang diharapkan.
1.2.3 Banyaknya masalah belajar yang dihadapi oleh para siswa di sekolah.

1.3 Rumusan Permasalahan
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka untuk memberi arah dalam analisis dan pembahasan masalah di atas dirumuskan masalah sebagai berikut :
“Apakah terdapat korelasi antara rendahnya hasil belajar siswa di SDN I Tontayuo Kecamatan Batudaa dengan penggunaan layanan bimbingan belajar?”.

1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan yang siknifikan antara pelaksanaan bimbingan belajar dengan hasil belajar siswa di SD.

1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dengan diadakannya penelitian ini adalah
a. Bagi guru
Dengan diadakannya penelitian ini, maka sangat bermanfaat bagi seluruh guru atau calon guru didalam meningkatkan profesionalisme sebagai penggerak pendidikan di dalam meningkatkan mutu hasil pendidikan.
b. Bagi siswa
Memberi manfaat bagi siswa dimana dengan diadakananya penelitian ini maka hasil belajar siswa akan lebih baik serta lebih mencerahkan arah masa depan mereka (siswa).
c. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak sekolah serta instansi terkait lainnya dalam upaya menemukan dan memecahkan masalah pendidikan khususnya dalam peningkatan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran.
d. Bagi peneliti
Menamabah pengalaman bagi guru dalam melaksanakan penelitian serta menambah wawasan di dalam pelaksanaan penelitian selanajutnya.


BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Teoretis
2.1.1 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan prilaku yang terjadi terjadi akibat kegiatan belajar yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor pada diri siswa. Setiap kegiatan pembelajaran diarahkan pada upaya pencapaian hasil belajar secara maksimal. Dalam hal ini siswa diharapkan dapat memiliki perubahan tingkah laku dan prestasi secara baik sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Purwanto 1990 : 86) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah prestasi yang dicapai, dilaksanakan dan dikerjakan. Sejalan dengan itu, Dimyati dan Mudjiono (1994 : 26) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan (prestasi yang dicapai memiliki sejumlah keterampilan ditandai dengan standarisasi nilai sesuai dengan tujuan yang ditetapkan). Prestasi yang dicapai, dilaksanakan dan dikerjakan dalam kegiatan proses belajar mengajar dan ditandai dengan standarisasi penilaian.
Sedangkan menurut Depdiknas (2003:3), “Hasil belajar (prestasi belajar) siswa yang diharapkan adalah kemampuan yang utuh yang mencakup kemampuan kognitif, kemampuan psikomotor, dan kemampuan afektif atau perilaku.” Menurut Tu’u (2004:75), “Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai peserta didik ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.” Sedangkan menurut Surya (2004:64) bahwa: “Prestasi belajar ialah sesuatu yang dicapai oleh peserta didik sebagai perilaku belajar yang berupa hasil belajar yang berbentuk perubahan pada pengetahuan, sikap, dan keterampilan.” Prestasi belajar peserta didik ini biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka.
Hasil belajar merupakan tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Untuk menyatakan bahwa suatu pembelajaran itu berhasil apabila Tujuan Intruksional Khusus dapat tercapai. Dalam tujuan intruksional khusus guru telah menetapkan standarisasi perubahan tingkah laku dan keterapilan yang harus dimiliki siswa setelah mengalami dan mengikuti kegiatan pembelajaran.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa hasil belajar tergantung pada pelajaran yang melakukan kegiatan belajar. Dalam arti bahwa semakin banyak usaha- usaha yang dilakukan oleh di pebelajar, maka semakin baik pula hasil belajar yang akan dicapainya, (Hamalik, 1983:56).

2.1.2 Indikator- Indikator Hasil Belajar
Untuk mengetahui bahwa suatu si pebelajar itu dapat berhasil, maka peling tidak harus ia memiliki sejumlah kemampuan tertentu. Gagne, (1972 : 64) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan sesuatu yang dimiliki oleh setiap orang yang kapasitasnya mempunyai beragam penampilan. Dalam hal ini, Gagne menetapkan lima kategori atau indikator hasil belajar, yaitu (1) Informasi verbal, (2) keterampilan intelektual, (3) strategi, (4) sikap, dan (5) keterampilan gerak.
Berkaitan dengan petunjuk tentang hasil belajar, maka dapat dipahami bahwa suatu proses pembelajaran dianggap berhasil mencapai indikator- indikator berikut ini :
1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara personal maupun secara kelompok,
2) Tujuan Intruksional Khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa ditandai dengan nilai belajar siswa meningkat.
3) Siswa memiliki sejumlah keterampilan dan terdapat perubahan tingkah laku yang ditimbulkannya.
Namun pada tataran realita menunjukkan bahwa indikator yang dapat digunakan sebagai tolak ukur hasil belajar dalam kegiatan pembelajaran adalah terletak pada daya serap siswa itu sendiri.

2.1.3 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar dapat diartikan sebagai suasana hasil positif yang dapat dicapai oleh siswa setelah melakukan perbuatan belajar. Hasil belajar itu dapat digambarkan dengan memberikan nilai yang berupa angka atau huruf. Akan tetapi yang baik (memuaskan) karena hasil belajar banyak dipengaruhi oleh berbagai daktor. Adapun faktor itu adalah muncul dari dalam diri siswa itu sendiri juga dimana lingkungan ia berada :
Sedangkan dengan hal tersebut, Sukardi (1993 : 15) mengatakan bahwa faktor- faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah :
1. Faktor Internal
Faktor internal yaitu faktor yang menyangkut semua diri pribadi, termasuk fisik maupun mental atau psikologinya yang ikut menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar.

2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar individu yang bersangkutan, misalnya ruang belajar tidak memenuhi syarat, alat- alat peraga yang tidak memadai, metode mengajar yang tidak efektif dan lingkungan sosial maupun lingkungan alamiahnya.
Menurut Tu’u (2004:109), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil perbuatan belajar siswa antara lain: teman-teman bergaul, keyakinan/iman, dan orang tua.
1) Teman Bergaul
Teman bergaul adalah tempat di mana siswa bersosialisasi. Di sini mereka bisa mendapatkan proses pembelajaran. Pada satu sisi teman bergaul dapat memberikan manfaat kepada siswa, namun di sisi lain hal ini dapat menjerumuskan diri siswa itu sendiri. Manfaat dari bergaul apabila para siswa dapat belajar bersama untuk memecahkan masalah belajar, dan mendiskusi suatu permasalahan. Teman bergaul juga dapat bermanfaat bagi siswa untuk membina persaingan secara sehat. Namun, dari pergaulan ini pula dapat merugikan diri siswa itu sendiri seandainya ia ikut-ikutan melakukan tindakan secara bersama yang akan merugikan masa depannya sendiri, seperti ikut tawuran, terlibat obat-obatan terlarang, dan lain-lainnya. Pendek kata, teman bergaul bagi anak pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar di sekolah. Ia bisa pintar atau sebaliknya menjadi malas.
2) Keyakinan/Iman
Nilai-nilai ajaran agama yang didapatkan di sekolah, di tempat idabah dan di rumah, sangat dirasakan mempengaurhi sikap, pikiran, perbuatan dan perkataan. Bila siswa akan melakukan sesuatu, nilai keyakinan iman ikut mempengaruhi. Apalagi, bila tingkat penghayatan imannya cukup baik, hal itu sangat mempengaruhi diri dan prestasinya.
3) Orang Tua
Menurut Suhendi (2001:74) bahwa “menempatkan anak sebagai milik orang tua, membawa peranan orang tua sebagai motivator, fasilitator, dan inisiator.” Artinya segenap perilaku dan pikiran anak merujuk pada keinginan orang tua.
Kemudian di dalam UU Sisdiknas Tahun 2003 dijelaskan pula bahwa orang turut serta bertanggung jawab dalam pendidikan, selain dari pemerintah, dan masyarakat. Menurut Tirtarahadja (2000:167), “keluarga mempunyai pengaruh besar dalam proses pendidikan pada umumnya.” Fungsi dan peranan orang tua tidak sebatas menyediakan dana pendidikan saja, tetapi ikut serta di dalam merencanakan program pendidikan, dan mengolah program pendidikan demi tercapainya mutu pendidikan. Dalam penjelasan UU Sisdiknas Tahun 2003 ditegaskan bahwa pendidikan keluarga merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan seumur hidup. Pendidikan dalam keluarga memberikan keyakinan keagamaan, nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan, keterampilan dan sikap hidup yang mendukung kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara kepada anggota masyarakat.
Sejalan dengan itu, (Hamalik, 1983:59) mengemukakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dikategorikan empat bagian yaitu :
1. Faktor yang bersumber dari diri sendiri.
Faktor ini terdiri atas dua aspek yaitu, (1) faktor yang bersifat biologis seperti kesehatan dan cacat badan, (2) faktor yang bersifat psikologis seperti inteligensi minat, perhatian dan bakat.
2. faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga
lingkungan keluarga sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, faktor- faktor tersebut antara lain : (1) cara orang tua mendidik anak, (2) relasi antara orang tua dan keluarga, (3) suasana rumah, (4) keadaan ekonomi keluarga, (5) sikap toleransi orang tua, dan (5) latar belakang kebudayaan.
3. Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah
Lingkungan belajar yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain : (1) penggunaan metode mengajar yang efektif, (2) penggunaan media mengajar, (3) kurikulum pendidikan, (4) relasi guru dan siswa, (5) relasi antara siswa dan siswa, dan (6) disiplin sekolah.
4. faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat
lingkungan masyarakat merupakan faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal itu terjadi karena keberadaan siswa dalam lingkungan masyarakat misalnya keikut sertaan dalam kegiatan kemasyarakatan, teman bergaul dan bentuk kehidupan bermasyarakat yang secara keseluruhan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.


2.2 Hakikat Bimbingan Belajar
2.2.1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. Kegiatan memahami dan mempelajari sesuatu melalui proses dari ketidaktahuan menjadi tahu yang disebut dengan kegiatan belajar.
Jadi belajar menurut pendapat penulis adalah kegiatan merubah perilaku dari ketidaktahuan menjadi mengerti, dari perilaku kurang menjadi perilaku lebih dan pada intinya adalah merubah menjadi baik.
Sedangkan menurut Hintzman (Muhibbinsyah 1995:90) bahwa ”Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) di sebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
Menurut Winaputra, dkk (1993:148) bahwa ”belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang terjadi melalui latihan atau pengalaman untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif penetap. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis seperti perubahan dan pengertian, pemecahan suatu masalah atau berfikir, keterampilan, kecekapan, kebiasaan atau sifat.
Dari pengertian di atas jelas bahwa diperolehnya latihan atau pengalaman yang dapat mengantarkan pada perubahan tingkah laku merupakan inti dari proses belajar. Chapun (Muhhibin Syah 1995:90) mengemukakan bahwa belajar adalah perolehan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman.
Pengertian lain mengenai belajar dikemukakan oleh Rochman dan Moesa (1992:22) bahwa ”Belajar adalah suatu pembentukan, perubahan, penambahan, dan atau pengurangan prilaku individu pembentukan atau perubahan itu bersifat menetap atau permanen disebabkan oleh adanya latihan yang terarah.
Menurut Hamalik (2004:27), “Perbuatan belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing).” Menurut pengertian ini, perbuatan belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan.
Bertolak dari berbagai definisi di atas dapat disampaikn bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku dari setiap individu yang relatif menetap yang disebabkan adaya pengalaman dan latihan yang terarah.

2.2.2 Pengertian Bimbingan Belajar
Yang dimaksud dengan bimbingan belajar adalah jenis bimbingan yang memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah belajar, baik di sekolah maupun diluar sekolah. Pengertian tersebut diperkuat dengan pendapat Kartadinata (1996:31) yang menjelaskan bahwa bimbingan belajar ialah suatu proses bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam belajar, agar setelah melakasanakan kegiatan belajar mengajar mereka dapat mencapai hasil yang lebih baik sesuai kemampuan, bakat, dan minat yang dimilikinya masing-masing.
Sedangkan menurut Winkel dan Sri Hastuti (2005;137) bahwa bimbingan belajar merupakan salah satu bagian dari bimbingan dan konseling di sekolah. Melaksanakan bimbingan belajar berarti melaksanakan salah satu program bimbingan dan konseling.
Prayitno (1992:279) mengemukakan bahwa bimbingan belajar merupakan salah satu bimbingan yang penting diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan yang dialami oleh siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya inteligensi, namun seringnya kegagalan itu terjadi disebabkan oleh mereka tidak mendapat layanan bimbingan belajar yang memadai.
Berdasarkan uraian beberapa para ahli tersebut jelaslah bahwa bimbingan belajar diberikan oleh guru dimaksudkan agar para siswa dapat belajar secara efektif dan efisien guna memperoleh prestasi belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan siswa saat menjalani proses pembelajaran atau proses bantuan yang diberikan kepada individu (murid) agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam belajar sehingga setelah melalui proses bimbingan belajar mereka dapat mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan bakat dan minat yang dimilikinya.
2.2.3 Tujuan dan Manfaat Layanan Bimbingan Belajar
Menurut Samidjo dan Sri Mardiani (2002:2) mengemukakan bahwa tujuan dan manfaat layanan bimbingan belajar secara umum adalah tercapainya penyesuaian akademis siswa sehingga dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Sedangkan secara khusus, tujuan bimbingan belajar agar siswa dapat :
1) Mengenal, memahami, menerima, mengarahkan dan mengaktualisasikan potensi secara optimal,
2) Mengembangkan berbagai keterampilan belajar,
3) Mengembangkan suasana belajar yang kondusif, dan
4) Memahami lingkungan pendidikan.
Manfaat layanan bimbingan belajar bagi siswa adalah tersedianya kondisi belajar yang nyaman, terperhatikannya karakteristik pribadi siswa, dan siswa dapat mereduksi kemungkinan kesulitan belajar serta lebih berperan aktifnya siswa di dalam aktifitas kegiatan belajar. Sedangkan manfaat bagi guru/konselor adalah membantu menyesuaikan program pembelajaran agar sesuai dengan karakteristik siswa dan memudahkan dalam pengembangan potensi siswa secara menyeluruh.
2.2.4 Fungsi Layanan Bimbingan Belajar
Keragaman karakteristik individu dalam pembelajaran berimplikasi terhadap kecepatan, hasil dan dinamika proses pembelajaran individu. Oleh karena itu, keberadaan bimbingan belajar merupakan sesuatu yang tidak dapat diabaikan keberadaannya.
Bimbingan belajar dalam pendidikan memiliki fungsi sebagai; (1) mencegah atau mereduksi kemungkinan timbulnya masalah dalam belajar, (2) menyalurkan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga potensi belajar dalam berkembang secara optimal, (3) agar siswa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan pembelajaran, (4) perbaikan terhadap kondisi-kondisi yang mengganggu proses belajar siswa, (5) upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
2.2.5 Langkah-langkah Pelaksanaan Bimbingan Belajar
Prayitno (1994 : 291) mengemukakan bahwa ada empat cara yang haurs dilakukan dalam membantu siswa yang mengalami masalah belajar yakni dengan a) pengajaran perbaikan, (b) kegiatan pengayaan, (c) peningkatan motivasi belajar, (d) pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif. Sedangkan secara terperinci pelaksanaan layanan bimbingan belajar dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1. Mengidentifiksi masalah belajar siswa
Langkah 2. Memberi bimbingan kepada siswa yang mengalami masalah
Langkah 3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk terus berlatih dalam memecahkan permasahalan belajar yang mereka alami.
Langkah 4. Melaksanakan penilaian untuk menentukan sejauh mana layanan bantuan yang telah diberikan mencapai hasil yang diharapkan.
Langkah 5. Melaksanakan usaha-usaha tindak lanjut dari layanan sebelumnya.

2.2.6 Pentingnya Layanan Bimbingan Belajar terhadap peningkatan Hasil Belajar
Pada hakikatnya, jika seorang siswa belajar dengan sungguh-sungguh di sekolah serta diteruskan dengan tekun, teratur, dan tertib di rumahnya niscaya akan meraih hasil belajar yang baik pula. Hasil belajar siswa menandakan mutu pendidikan yang telah diperolehnya, dengan indikator mutu hasil belajar siswa, yang merupakan gambaran dari tingkat ketercapaian tujuan dan penguasaan siswa atas isi dari apa yang dipelajari. Oleh karena itu hasil belajar yang berkualitas bukan sekedar ketercapaian menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan target kurikulum, tetapi dapat diukur dari perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang terjadi pada siswa.
Melihat kenyataan tersebut, bimbingan belajar merupakan suatu bentuk kegiatan dalam proses belajar yang dilakukan oleh seseorang yang telah memiliki kemampuan lebih dalam banyak hal untuk diberikan kepada orang lain yang mana bertujuan agar orang lain dapat menemukan pengetahuan baru yang belum dimilikinya serta dapat diterapkan dalam kehidupannya. Melalui kegiatan ini diharapkan hasil belajar siswa akan meningkat dari ketiga ranah pembelajaran.

2.3 Hipotesis
Adapun hipotesis penelitian ini adalah “terdapat korelasi antara pelaksanaan bimbingan belajar dengan hasil belajar siswa di SDN 1 Tontayuo Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo”.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelational, yaitu suatu metode yang menggambarkan secara sistematis dan obyektif tentang korelasi antara pelaksanaan bimbingan belajar terhadap hasil belajar siswa di Sekolah Dasar.
3.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian di SDN 1 Tontayuo Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo yang dilaksanakan di kelas V, VI yang dilakukan pada tanggal 23 Desember 2008.
3.1.2 Variabel Operasional
Mengacu pada hipotesis masalah yang diteliti, maka dalam penelitian ini akan dianalisis dua variabel penelitian yaitu :
1. Variabel Y adalah hasil belajar siswa dengan indikator :
a. Pemahaman belajar siswa meningkat dengan baik.
b. Aktivitas belajar siswa meningkat.
c. Nilai evaluasi belajar siswa meningkat.
2. Variabel X yaitu layanan bimbingan belajar yang digunakan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Indikator-indikator yang diperhatikan dari variabel X (layanan bimbingan belajar) adalah :
a. Mengidentifiksi masalah belajar siswa
b. Pelaksanaan bimbingan kepada siswa yang bermasalah.
c. Melaksanakan penilaian untuk menentukan sejauh mana layanan bantuan yang telah diberikan mencapai hasil yang diharapkan.

3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Dalam penelitian ini yang menjadi anggota populasi dalam penelitian ini adalah siswa SDN 1 Tontayuo Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo dengan jumlah populasi 211 orang siswa.
3.2.2 Sampel
Anggota sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V dan VI yang berjumlah 30 orang siswa.

3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Observasi
Sebagai teknik awal digunakan untuk memperoleh data umum obyek penelitian yang meliputi keadaan siswa, sekolah serta proses belajar-mengajar.
3.3.2 Teknik Kuesioner
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data tentang efektifitas pelaksanaan bimbingan belajar dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun jenis kuesioner yang dibuat dari 40 buah pernyataan yang merupakan penjabaran dari indikator dimana masing-masing pertanyaan disediakan 4 alternatif jawaban.
Cara pembobotan angket dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Jika pernyataannya berbentuk positif ; Selalu = 5, Sering = 4, Kadang-kadang = 3, jarang = 2 dan tidak pernah = 1
- Untuk pernyataan yang berbentuk negative; Selalu = 1, Sering =2, Kadang-kadang = 3, jarang = 4 dan tidak pernah = 5.
3.3.3 Teknik Analisis Data
Data yang telah diperoleh melalui angket akan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi korelasi untuk mengetahui hubungan fungsional antara variabel X dan variabel Y.
Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas data dengan rumus :
X2 = (Sudjana, 1986:27)

Di mana :
Oi = frekuensi pengamatan
Ei = frekuensi teoritik
Langkah berikut adalah mencari persamaan regresi dengan rumus :
Ỳ = a + bx (Sudjana, 1984:301)
Untuk menghitung harga a dan b digunakan rumus :
a = (ΣYi)( ΣX2i) - (ΣXi)( ΣXiYi)
n ΣX21 – ( ΣX1)2

b = nΣ XiYi– (ΣXi)( ΣYi)
n ΣX2i – ( ΣXi)2
Di mana :
a = Konstan
b = Koefisien regresi
ΣX = Jumlah nilai X
ΣY = Jumlah nilai Y
ΣX2 = Jumlah kuadrat nilai X
ΣY2 = Jumlah kuadrat nilai Y
ΣXY = Jumlah produk antara nilai X dan Y
Setelah itu dilanjutkan dengan pengujian koefisien korelasi dengan menggunakan rumus :
r = n∑XiYi – (∑Xi)(∑Yi)
√{n∑Xi2 – (∑Xi)2 }{n∑Yi2 – (∑Yi)2}
Di mana :
r = Koefisien korelasi
n = Banyak sampel
ΣX = Jumlah nilai X
ΣY = Jumlah nilai Y
ΣX2 = Jumlah kuadrat nilai X
ΣY2 = Jumlah kuadrat nilai Y
ΣXY = Jumlah produk antara nilai X dan Y