Kamis, 28 Januari 2010

Hubungan antara intensitas mengikuti layanan bimbingan karir dengan wawasan karir siswa kelas IX SMP Negeri 2 Gorontalo

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pesatnya kemajuan teknologi serta meluasnya perkembangan infrastruktur informasi global telah mengubah pola dan cara kegiatan bisnis, industri, perdagangan, dan pemerintah. Perkem-bangan ekonomi berbasis ilmu pengetahuan dan Teknologi Informasi (IT) telah menjadi paradigma global yang dominan. Kemampuan untuk terlibat secara efektif dalam revolusi jaringan informasi akan menentukan masa depan kesejahteraan bangsa. Agar tidak semakin tertinggal terhadap negara-negara maju, Indonesia perlu melakukan terobosan sehingga secara efektif dapat mempercepat pendayagunaan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa yang merupakan landasan yang kokoh bagi pembangunan secara berkelanjutan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi mengakibatkan tidak sedikit dunia kerja yang menerapkan system kerja serba mesin. Pembangunan lapangan kerja yang semakin meningkat dan serba cangggih menuntut para pekerja harus lebih terampil serta berbakat dalam bidangnya masing-masing. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa pihak pabrik akan melakukan pemangkasan para pekerja karena tenaga para pekerja telah digantikan dengan mesin. Apabila ini terjadi maka akan menambah tingginya tingkat pengangguran. Kehilangan pekerjaan, sulitnya mencari lapangan kerja serta susahnya menciptakan lapangan kerja akan membuat stress serta mental para pekerja maupun pelamar yang drop. Kurang siapnya para pekerja kehilangan lapangan pekerjaan, diduga diakibatkan dari kurangnya perencanaan karir, karir yang tidak matang, kurangnya wawasan karir sebelum memasuki dunia kerja dalam lingkungan masyarakat atau sekolah.
Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi yang didalamnya memuat struktur kurikulum, telah mempertajam perlunya disusun dan dilaksanakannya program pengembangan diri yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga pendidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi, kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.
Sekolah merupakan institusi sebagai penjabaran Undang-undang tersebut sebagai tempat mempersiapkan dan mewujudkan SDM yang berkualitas dan memiliki keunggulan kompetitif yang akan menjadi generasi penerus bangsa. Hal ini dapat dipahami karena sekolah mempunyai tujuan dan perencanaan yang jelas, dapat dilihat dengan adanya kurikulum, metode, media pendidikan dan lain-lain. Sekolah sebagai suatu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal mempunyai peranan yang penting dalam usaha mendewasakan anak dan menjadikannya sebagai anggota masyarakat yang berguna, sekolah turut pula bertanggung jawab atas anggota masyarakat yang di hasilkannya.
Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan layanan dari seorang guru yaitu guru Bimbingan dan Konseling dalam usaha memberikan arahan dan petunjuk kepada siswa dalam menentukan karir mendatang. Tanpa petunjuk dan arahan dari guru bimbingan dan konseling siswa tidak akan mendapatkan gambaran tentang masa depannya yang disesuaikan dengan bakat, potensi dan kemampuan yang dimiliki secara optimal.
Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistemik dalam memfasilitasi individu mencapai perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku efektif, pengembangan lingkungan perkembangan, dan peningkatan keberfungsian individu dalam lingkungannya. Semua perilaku tersebut merupakan proses perkembangan yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan. Penanggung jawab bimbingan dan konseling di sekolah adalah guru bimbingan dan konseling atau konselor yang merupakan salah satu kualifikasi pendidik.
Bimbingan karier tidak hanya sekedar memberikan respon kepada masalah-masalah yang muncul, akan tetapi juga membantu memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaan. Penggunaan istilah karier di dalamnya terkandung makna pekerjaan dan jabatan sekaligus rangkaian kegiatan dalam mencapai tujuan hidup seseorang.
Salah satu tujuan dilaksanakannya bimbingan karir di SMP yakni membantu para peserta didik agar memahami serta dapat menentukan tujuan karir serta pengambilan jurusan saat melanjutkan kejenjang pendidikan berikutnya yakni SMA ataupun SMK. Di Gorontalo khususnya, pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tidak dapat dipisahkan dari peranan pengembangan karir pada tingkat Menengah Pertama (SMP). Hal ini menjadi bukti dari pentingnya pengetahuan siswa dalam pemilihan jurusan, pengembangan bakat, keterampilan dan penentuan karir. Pada siswa kelas IX SMP Negeri 2 Gorontalo khususnya, pengetahuan tentang wawasan karir masih minim dan sangat kurang memahami betapa pentingnya pengetahuan tentang karier. Hal ini tampak jelas dari kebiasaan siswa dalam menentukan karier/penjurusan, dimana mereka memilih karier atas keputusan orang tua, siswa memilih karier hanya karena ikut-ikutan dengan teman, dan bahkan siswa memilih karir tidak didasari oleh alasan yang jelas.
Layanan bimbingan karir memiliki peran yang sangat penting di sekolah, khususnya memberi arah yang lebih baik pada siswa dalam memilih karir ataupun memilih jurusan. Namun demikian pelaksanaan layanan bimbingan karir di SMP Negeri 2 gorontalo khususnya belum dilaksanakan dengan baik. Data ini diperoleh melalui wawancara peneliti dengan guru BK di sekolah tersebut yang menunjukkan bahwa kurangnya pemahaman siswa tentang karir. Bertolak dari penjabaran pada latar belakang permasalahan, maka diadakan penelitian yang diformulasikan dalam judul “Hubungan antara intensitas mengikuti layanan bimbingan karir dengan wawasan karir siswa kelas IX SMP Negeri 2 Gorontalo.
1.2 Identifikasi Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat diidentifikasi masalah penelitian yakni : (1) Siswa memilih karir atas keputusan orang tua atau karena ikut temannya, (2) Pelaksanaan layanan bimbingan karir hanya insidentil.
1.3 Rumusan Permasalahan
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut “Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas mengikuti layanan bimbingan karir dengan wawasan karir siswa kelas IX SMP Negeri 2 Gorontalo ?”

1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara intensitas mengikuti layanan bimbingan karir dengan wawasan karir siswa kelas IX SMP Negeri 2 Gorontalo.

1.5 Manfaat Penelitian
Secara operasional, manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis yang diharapkan adalah memperkaya kajian tentang hubungan antara pelaksanaan layanan bimbingan karir dengan wawasan karir.
Manfaat praktis yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran atau deskripsi tentang perlunya layanan bimbingan karir untuk mengembangkan wawasan karir di SMP Negeri 2 Gorontalo. Sedangkan manfaat penelitian bagi guru pembimbing dan sekolah adalah menambah pengalaman serta pemahaman dalam membantu siswa memilih serta menentukan karir dalam dunia kerja, serta mempermudah mengontrol para siswa sesuai bakat, keterampilan siswa yang akan disalurkan dalam dunia kerja.

BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS

2.1 Hakikat Wawasan Karir
2.1.1 Pengertian Karir
Di masa lalu, istilah karier dipandang oleh masyarakat awam sebagai sebuah istilah yang eksklusif dan hanya dibicarakan di kalangan terbatas. Misalnya, karier diterapkan kepada orang yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi, pejabat publik atau orang yang memegang jabatan struktural, bahkan menyempit di kalangan orang-orang sukses di sektor bisnis, pemerintahan dan birokrasi. Reduksi esensi karier lainnya adalah berupa pandangan bahwa karier identik dengan kenaikan pangkat atau golongan secara reguler dan puncak karier terjadi ketika seseorang memegang jabatan struktural.
Persepsi tentang karier seperti itu tidak sepenuhnya benar atau seluruhnya salah. Alasannya, banyak istilah yang memiliki kesamaan makna dengan karier, misalnya task, position, job, occupation, vocation, dan avocation. Karier memiliki makna yang lebih luas dan dalam dibandingkan istilah sejenisnya. Menurut Tolbert (dalam Mamat Supriatna, 2009:8) dalam bukunya “Layanan Bimbingan Karier di Sekolah Menengah “, bahwa karier mengandung makna urutan okupasi, job dan posisi-posisi yang diduduki sepanjang pangalaman kerja seseorang. Sedangkan menurut Murray (dalam Mamat Supriatna, 2009:8) bahwa karier dapat dikatakan sebagai suatu rentangan aktivitas pekerjaan yang saling berhubungan dalam hal ini seseorang memajukan kehidupannya dengan melibatkan berbagai perilaku kemampuan, sikap, kebutuhan, aspirasi, dan cita-cita sebagai rentang hidupnya sendiri.
Muslihudin, dkk.(2004:17) menjelaskan bahwa bimbingan karir merupakan pemilihan jabatan atau karir yang diyakini bahwa jabatan atau karir tersebut paling baik untuk memenuhi kebutuhannya. Pilihan karier siswa juga dapat diartikan tingkat kemampuan siswa dalam menentukan karier. Jadi pilihan karier adalah jabatan/ karier yang dipilih menurut tingkat kemampuan siswa dan diyakini bahwa jabatan yang dipilih adalah jabatan paling baik untuk memenuhi kebutuhannya.
Pemilihan karier merupakan proses pengambilan keputusan yang berlangsung sepanjang hayat bagi mereka yang mencari banyak kepuasan dari pekerjaannya. Pemilihan karier yang dibuat pada awal proses perkembangan vokasional sangat berpengaruh terhadap pilihan-pilihan selanjutnya. Perkembangan karier seorang dewasa masih harus membuat pilihan-pilihan di antara kemungkinan untuk meningkatkan kariernya dan memperoleh kepuasan pribadi yang mendalam.

2.1.2 Pentingnya Pemilihan Karir bagi siswa
Karir bagi siswa bukan hal yang mudah untuk ditentukan dan menjadi pilihan yang sesuai dengan kemampuan yang miliki namun haruslah direncanakan. Untuk menentukan hal demikian harus didasarkan pada keputusan siswa itu sendiri yang didasarkan pada pemahaman tentang kemampuan dan minat serta pengenalan karir yang ada di masyarakat.
Keberhasilan siswa dalam pemilihan karir yang tepat tidaklah semudah seperti apa yang dibayangkan. Agar siswa mempunyai pilihan yang tepat terhadap suatu pilihan karir atau pekerjaan, menurut Hoppock yang dikutip oleh Sukardi (1994:79) dalam bukunya “Bimbingan dan Penjurusan” mengemukakan pokok-pokok pikirannya yang terdiri dari sepuluh butir yang kemudian dijadikan tulang punggung dari teorinya. 10 butir tersebut antara lain:
a. Pekerjaan yang dipilih sesuai dengan kebutuhan atau untuk memenuhi kebutuhan.
b. Pekerjaan, jabatan atau karir yang dipilih adalah jabatan yang diyakini bahwa jabatan atau karir itu paling tidak memenuhi kebutuhannya.
c. Pekerjaan, jabatan atau karir tertentu dipilih seseorang apabila untuk pertama kali dia menyadari bahwa jabatan itu dapat membantunya dalam memenuhi kebutuhannya.
d. Kebutuhannya yang timbul, mungkin bisa diterima secara intelektual yang diarahkan untuk tujuan tetentu.
e. Pemilihan jabatan/karir akan menjadi lebih baik apabila seseorang mampu memperkirakan bagaimana sebaiknya jabatan yang akan datang itu akan memenuhi kebutuhannya.
f. Informasi mengenai jabatan/karir akan membantu dalam pemilihan jabatan/karir yang diinginkan
g. Informasi mengenai jabatan/ karir akan membantu dalam memilih jabatan/ karir karena informasi tersebut membantunya dalam menentukan apakah pekerjaan itu dapat memenuhi kebutuhannya .
h. Kepuasan dalam pekerjaan tergantung pada tercapai tidaknya pemenuhan kebutuhan seseorang
i. Kepuasan kerja dapat diperoleh dari suatu pekerjaan yang memenuhi kebutuhan sekarang/ masa yang akan dating
j. Pemilihan pekerjaan selalu dapat berubah apabila seseorang yakin bahwa perubahan tersebut lebih baik untuk pemenuhan kebutuhannya.

Dari dasar teori tersebut tidaklah mungkin siswa dapat menentukan karir tanpa bantuan dan bimbingan dari konselor, karena disadari atau tidak untuk dapat memahami kemampuan diri siswa tidaklah mungkin muncul dengan sendirinya, akan tetapi diperlukan bimbingan dan arahan dari konselor.

2.2 Hakikat Bimbingan Karir
2.2.1 Sejarah Singkat Bimbingan Karir
Konsep bimbingan jabatan lahir bersamaan dengan konsep bimbingan di Amerika Serikat pada awal abad keduapuluh, yang dilatari oleh berbagai kondisi obyektif pada waktu itu (1850-1900), diantaranya : (1) keadaan ekonomi; (2) keadaan sosial, seperti urbanisasi; (3) kondisi ideologis, seperti adanya kegelisahan untuk membentuk kembali dan menyebarkan pemikiran tentang kemampuan seseorang dalam rangka meningkatkan kemampuan diri dan statusnya; dan (4) perkembangan ilmu (scientific), khususnya dalam bidang ilmu psiko-fisik dan psikologi eksperimantal yang dipelopori oleh Freechner, Helmotz dan Wundt, psikometrik yang dikembangkan oleh Cattel, Binnet dan yang lainnya Atas desakan kondisi tersebut, maka muncullah gerakan bimbingan jabatan (vocational guidance) yang tersebar ke seluruh Negara. Crites, (Bahrul Falah, 1987).
Isitilah vocational guidance pertama kali dipopulerkan oleh Frank Pearson pada tahun 1908 ketika ia berhasil membentuk suatu lembaga yang bertujuan untuk membantu anak-anak muda dalam memperoleh pekerjaan.
Pada awalnya penggunaan istilah vocational guidance lebih merujuk pada usaha membantu individu dalam memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan, termasuk di dalamnya berupaya mempersiapkan kemampuan yang diperlukan untuk memasuki suatu pekerjaan.
Namun sejak tahun 1951, para ahli mengadakan perubahan pendekatan dari model okupasional (occupational) ke model karier (career). Kedua model ini memliki perbedaan yang cukup mendasar, terutama dalam landasan individu untuk memilih jabatan. Pada model okupasional lebih menekankan pada kesesuaian antara bakat dengan tuntutan dan persyaratan pekerjaan. Sedangkan pada model karier, tidak hanya sekedar memberikan penekanan tentang pilihan pekerjaan, namun mencoba pula menghubungkannya dengan konsep perkembangan dan tujuan-tujuan yang lebih jauh sehingga nilai-nilai pribadi, konsep diri, rencana-rencana pribadi dan semacamnya mulai turut dipertimbangkan.
Sementara itu, dalam perspektif pendidikan nasional, pentingnya bimbingan karier sudah mulai dirasakan bersamaan dengan lahirnya gerakan bimbingan dan konseling di Indonesia pada pertengahan tahun 1950-an, berawal dari kebutuhan penjurusan siswa di SMA pada waktu itu. Selanjutnya, pada tahun 1984 bersamaan dengan diberlakukannya Kurikulum 1984, bimbingan karier cukup terasa mendominasi dalam layanan bimbingan dan penyuluhan dan pada tahun 1994, bersamaan dengan perubahan nama bimbingan penyuluhan menjadi bimbingan dan konseling dalam Kurikulum 1994, bimbingan karier ditempatkan sebagai salah bidang bimbingan.
Sampai dengan sekarang ini bimbingan karier tetap masih merupakan salah satu bidang bimbingan. Dalam konsteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, serta kurikulum KTSP dengan diintegrasikannya pada pengembangan diri dalam kurikulum sekolah, maka peranan bimbingan karier sungguh menjadi amat penting, khususnya dalam upaya membantu siswa dalam memperoleh kecakapan vokasional (vocational skill), yang merupakan salah jenis kecakapan dalam Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education).

2.2.2 Pengertian Bimbingan Karir
Menurut Miller (Syuhada, 1998:15) Bimbingan didefinisikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu-individu dalam mencapai pemahaman dan pengarahan diri. Sedangkan karier diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan-pekerjaan, jabatan-jabatan dan kedudukan yang mengarah pada dunia kerja. Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir menurut Syuhada (1998:15) adalah pemberian bantuan kepada individu-individu dalam mencapai pemahaman dan pengembangan diri dalam bidang karir.
Yusuf & Nurihsan, (2008:48), mendefinisikan bimbingan karier adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada individu-individu dalam mencapai penanaman dan pengarahan diri pada pekerjaan atau karir, jabatan dan kedudukan yang dimiliki oleh individu dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan bermasyarakat.
Bimbingan karier adalah proses bantuan yang diberikan kepada siswa agar dapat memahami diri, memahami nilai-nilai, memahami lingkungan, mengenal masalah dan cara mengatasi, serta dapat merencanakan masa depan (Depdikbud, 1991:4). Sedangkan definisi bimbingan karier menurut Sukardi & Kusmawati (2008:69) adalah layanan bantuan yang diberikan kepada individu-individu untuk memilih, menyiapkan, menyesuaikan dan menetapkan dirinya dalam pekerjaan yang sesuai serta memperoleh kebahagiaan daripadanya. Berkaitan dengan sekolah, bimbingan karier dapat dipandang sebagai suatu proses perkembangan yang berkesinambungan yang membantu terutama dalam hal perencanaan karier, pembuatan keputusan, perkembangan ketrampilan/ keahlian informasi karier, dan pemahaman diri.
Menurut Winkel (dalam Tohirin, 2007:133) menjelaskan bahwa bimbingan karir merupakan bantuan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, pemilihan lapangan pekerjaan atau jabatan (profesi) tertentu serta membekali diri agar siap memangku jabatan tersebut dan dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki.
Sedangkan Prayitno & Amti (2004:92) menjelaskan bahwa bimbingan karir bermakna bimbingan yang membantu siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah yang menyangkut karir tertentu. Bimbingan karier menitikberatkan pada perencanaan kehidupan seseorang dengan mempertimbangkan keadaan dirinya dengan lingkungannya agar ia memperoleh pandangan yang lebih luas tentang pengaruh dari segala peranan positif yang layak dilaksanakannya dalam masyarakat. Bimbingan karier tidak hanya sekedar memberikan respon kepada masalah-masalah yang muncul, akan tetapi juga membantu memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaan. Penggunaan istilah karier didalamnya terkandung makna pekerjaan dan jabatan sekaligus rangkaian kegiatan dalam mencapai tujuan hidup seseorang.
Dari definisi tersebut diambil kesimpulan, bahwa bimbingan karier adalah suatu proses bantuan, layanan informasi dan pendekatan terhadap individu/ kelompok individu agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerja untuk menentukan pilihan karier, mampu untuk mengambil keputusan karier dan mengakui bahwa keputusan tersebut adalah yang paling tepat/ sesuai dengan keadaan dirinya dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan karier yang akan ditekuninya.


2.2.3 Fungsi dan Tujuan Pelaksanaan Bimbingan Karir
Fungsi Bimbingan Karier di sekolah yakni sebagai salah satu kesatuan proses bimbingan memiliki manfaat yang dinikmati oleh kliennya dalam mengarahkan diri dan menciptakan kemandirian dalam memilih karier yang sesuai dengan kemampuan siswanya.
Sedangkan secara umum tujuan diselenggarakannya Bimbingan Karier menurut Sukardi & Kusmawati (2008:72) ialah membantu siswa dalam pemahaman dirinya dan lingkungannya, dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengarahan kegiatan-kegiatan yang menuju kepada karier dan cara hidup yang akan memberikan rasa kepuasan karena sesuai, serasi, dan seimbang dengan dirinya dan lingkungannya.
Melalui bimbingan karier siswa akan diarahkan dalam mengenal diri dan kemampuannya untuk memahami diri dan senantiasa mampu meningkatkan kemampuannya, melatih dalam merencanakan kariernya sehingga dengan demikian siswa menjadi terlatih dan bersikap dewasa dalam berpikir dan merencanakan kariernya. Dengan bimbingan karier diharapkan siswa mampu dalam merencanakan kariernya dan mampu dalam mengambil keputusan yang tepat untuk kariernya sehingga tercipta adanya sikap yang positif terhadap karier yang akan menjadi pilihannya.
Menurut pendapat Joedonagoro (dalam Gani, 1987:22), menyatakan Bimbingan Karier dapat memberikan dorongan-dorongan yang positif, mampu menciptakan sikap kemandirian dalam memilih karier dan merupakan usaha yang sangat berarti dalam membentuk kualitas tenaga kerja masa depan.
Tohirin (2007:134) menjelaskan tujuan bimbingan karir di sekolah adalah (a) agar siswa memperoleh informasi tentang karir atau jabatan atau profesi tertentu, (b) agar siswa memperoleh pemahaman tentang karir atau pekerjaan atau profesi tertentu secara benar, (c) agar siswa mampu merencanakan dan membuat pilihan-pilihan karir tertentu kelas setelah dari pendidikan, (d) agar siswa mampu menyesuaikan diri dengan karir yang akan dipilihnya kelas, (e) agar siswa mampu mengembangkan karir setelah selesai dari pendidikannya.
Dalam bimbingan karir terjadi interaksi antara siswa dengan guru pembimbing yang dapat memudahkan (Enabling) atau menghambat (Constraining), interaksi akan di persepsi siswa sebagai yang memudahkan yaitu apabila guru pembimbing (konselor) memberikan informasi mengenai pendidikan lanjutan dan perencanaan pekerjaan, menyediakan waktunya untuk berdiskusi dengan siswa di luar jam bimbingan sehubungan dengan pilihan pendidikan lanjutan dan perencanaan pekerjaan, memberi alternatif pemecahan masalah kepada siswa untuk memecahkan masalahnya sendiri sehubungan dengan pendidikan lanjutan dan perencanaan pekerjaan, memberi kesempatan untuk melakukan eksplorasi pendidikan lanjutan dan perencanaan pekerjaan dan memberi kebebasan untuk menentukan pilihannya. Sedangkan interaksi yang di persepsi siswa sebagai menghambat, mempunyai ciri kebalikan dari pola memudahkan.
Dengan demikian bahwa tujuan pelaksanaan bimbingan karir dilaksanakan di dalam lingkungan sekolah yakni sebagai suatu proses bantuan, layanan informasi dan konsultasi siswa dalam mendeteksi dan memantapkan pemahaman diri siswa, layanan dalam memberikan informasi tentang lingkungan karier dan layanan konsultasi dalam merencanakan karier siswa, agar siswa mampu untuk menciptakan sikap kemandirian dalam kebebasan memilih karier, kemantapan diri dalam memilih karier dan bertanggung jawab terhadap karier yang akan dipilihnya.
2.2.4 Prinsip-prinsip Pelaksanaan Bimbingan Karier
Agar bimbingan karier dapat berfungsi dengan sebaik- baiknya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka beberapa pandangan tentang prinsip-prinsip bimbingan perlu diperhatikan oleh para pembimbing pada khususnya dan administrator sekolah pada umumnya terutama dalam penyusunan program pelaksanaan layanan bimbingan karier di sekolah. Menurut Nurihsan & Sudianto (2005:153) menyebutkan bahwa Secara umum prinsip-prinsip bimbingan karier di sekolah, adalah sebagai berikut:
- Seluruh siswa hendaknya mendapat kesempatan yang sama untuk mengembangkan dirinya dalam pencapaian kariernya secara tepat.
- Setiap siswa hendaknya memahami bahwa karier itu adalah sebagai suatu jalan hidup, dan pendidikan adalah sebagai persiapan dalam hidup.
- Siswa hendaknya dibantu dalam mengembangkan pemahaman yang cukup memadahi terhadap diri sendiri dan kaitannya dengan perkembangan sosial pribadi dan perencanaan pendidikan karier.
- Siswa secara keseluruhan hendaknya dibantu untuk memperoleh pemahaman tentang hubungan antara pendidikannya dan kariernya.
- Setiap siswa hendaknya memilih kesempatan untuk menguji konsep, berbagai peranan dan ketrampilannya guna mengembangkan nilainilai dan norma-norma yang memiliki aplikasi bagi karier di masa depannya
- Program Bimbingan Karier di sekolah hendaknya diintegrasikan secara fungsional dengan program bimbingan dan konseling pada khususnya. Program materi bimbingan karier dalam penyampaiannya diintegrasikan dengan materi bimbingan konseling. Hal ini dilakukan karena bimbingan karier merupakan bagian dari bimbingan.
- Program bimbingan karier di sekolah hendaknya berpusat di kelas, dengan koordinasi oleh pembimbing, disertai partisipasi orang tua dan kontribusi masyarakat.
Dari beberapa prinsip yang terdapat dalam bimbingan karier tersebut dapat disimpulkan bahwa, bimbingan karier dalam pelaksanaannya memiliki pedoman yang umum dan jelas dalam memberikan pelayanan kepada siswanya dalam mendeteksi diri, memberikan layanan tentang karakteristik dunia kerja sehingga mampu menciptakan kemandirian siswa dalam menentukan arah pilih karier yang sesuai dengan keadaan dirinya, agar mampu mencapai kebahagiaan hidup dimasa depan kariernya.
Sedangkan bentuk-bentuk pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dapat diberikan kepada siswa menurut Tohirin (2007:135-136) adalah layanan informasi tentang diri sendiri, layanan informasi tentang lingkungan hidup yang relevan bagi perencanaan karir, layanan penempatan, dan layanan orientasi.


2.3 Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis penelitian ini adalah “terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas mengikuti layanan bimbingan karier dengan wawasan karier siswa kelas IX SMP Negeri 2 Gorontalo.







BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu suatu metode yang menggambarkan secara sistematis dan obyektif tentang hubungan antara pelaksanaan bimbingan karir terhadap wawasan karir di SMP Negeri 2 Gorontalo.
3.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian di SMP Negeri 2 Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan
3.1.2 Variabel Operasional
Mengacu pada hipotesis masalah yang diteliti, maka dalam penelitian ini akan dianalisis dua variabel penelitian yaitu :
Variabel X yaitu pelaksanaan bimbingan karir.
Indikator-indikator yang diperhatikan dari variabel X (bimbingan karir) adalah :
a. Frekuensi siswa mengikuti layanan karir,
b. Ketekunan dalam mengikuti layanan karir,
c. Keaktifan siswa dalam mengikuti layanan karir,
d. Keterbukaan siswa dalam mengikuti layanan karir.
e. Manfaat layanan karier.
Variabel Y adalah wawasan karir di SMP Negeri 2 Gorontalo dengan indikator sebagai berikut
a. Wawasan tentang diri sendiri,
b. Wawasan tentang dunia kerja,
c. Perencanaan karir,
d. Upaya mengembangkan bakat dan karir.

3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Dalam penelitian ini yang menjadi anggota populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2 Gorontalo. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 360 orang siswa.
3.2.2 Sampel
Anggota sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX yang berjumlah 40 orang siswa, terdiri dari 17 siswa perempuan dan 23 siswa laki-laki.

3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Observasi
Sebagai teknik awal digunakan untuk memperoleh data umum obyek penelitian yang meliputi keadaan siswa, sekolah.
3.3.2 Teknik Kuesioner
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data tentang pelaksanaan bimbingan karir dan wawasan karir siswa. Adapun jenis kuesioner yang terdiri dari 30 buah pernyataan yang merupakan penjabaran dari indikator dimana masing-masing pernyataan disediakan 4 alternatif jawaban.
Cara pembobotan angket dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Jika pernyataannya berbentuk positif ; Selalu = 5, Pada umumnya = 4 Sering = 3, Kadang = 2, dan tidak pernah = 1
b. Untuk pernyataan yang berbentuk negative; Selalu = 1, pada umumnya =2 Sering =3, Kadang = 4 dan tidak pernah = 5
3.3.3 Teknik Analisis Data
Data yang telah diperoleh melalui angket dianalisis dengan menggunakan analisis regresi korelasi untuk mengetahui hubungan fungsional antara variabel X dan variabel Y.
Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas data dengan rumus :

X2 = (Sudjana, 1986:27)

Di mana :
Oi = frekuensi pengamatan
Ei = frekuensi teoritik
Langkah berikut adalah mencari persamaan regresi dengan rumus :
Ỳ = a + bx (Sudjana, 1984:301)
Untuk menghitung harga a dan b digunakan rumus :
a = (ΣYi)( ΣX2i) - (ΣXi)( ΣXiYi)
n ΣX21 – ( ΣX1)2
b = nΣ XiYi– (ΣXi)( ΣYi)
n ΣX2i – ( ΣXi)2
Di mana :
a = Konstan
b = Koefisien regresi
ΣX = Jumlah nilai X
ΣY = Jumlah nilai Y
ΣX2 = Jumlah kuadrat nilai X
ΣY2 = Jumlah kuadrat nilai Y
ΣXY = Jumlah produk antara nilai X dan Y
Setelah itu dilanjutkan dengan pengujian koefisien korelasi dengan menggunakan rumus :
r = n∑XiYi – (∑Xi)(∑Yi)
√{n∑Xi2 – (∑Xi)2 }{n∑Yi2 – (∑Yi)2}

Di mana :
r = Koefisien korelasi
n = Banyak sampel
ΣX = Jumlah nilai X
ΣY = Jumlah nilai Y
ΣX2 = Jumlah kuadrat nilai X
ΣY2 = Jumlah kuadrat nilai Y
ΣXY = Jumlah produk antara nilai X dan Y

1 komentar: